Random Posts

Thursday, 18 February 2016

Analisis Pengendalian Internal-Pendapatan Jasa


 ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL
ATAS SIKLUS PENDAPATAN JASA
Studi Kasus Pada :  Hotel Griyadi Montana Malang

Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah Singkat Hotel Griyadi Montana
Hotel Griyadi Montana merupakan salah satu hotel berbintang tiga di kota Malang. Hotel ini didirikan pada tanggal 11 Maret 1993 oleh bapak Eko Handoko,S.H selaku pemilik dan dewan direksi hotel dengan nama Hotel Montana Dua. Hotel Montana Dua ini merupakan pengembangan dari hotel Montana yang berlokasi di jalan kahuripan Malang. Karena perkembangan pariwisata yang cukup pesat serta semakin meningkatnya arus pengunjung yang masuk kota malang baik wisatawan local maupun mancanegara. Maka pemilik Hotel Montana merasa perlu memperluas dan mengembangkan usahanya dengan membuka hotel baru yaitu Hotel Montana Dua Malang, untuk mengantisipasi permintaan konsumen yang semakin meningkat.
Pada saat itu Hotel Griyadi Montana hanya memiliki kamar sebanyak 18 kamar. Pada tahun 1995 terjadi penambahan kamar sebanyak 22 kamar sehingga kamar yang dimiliki sebanyak 40 kamar. Namun pada tanggal 2009 hotel ini diganti nama dengan nama Hotel Griyadi Montana karena bergabung dengan PT Sahid International Hotel Management & Consultant. Pada akhir tahun 2010 hotel Griyadi Montana membangun satu kamar lagi yaitu griyadi suite dengan berbagai fasilitas yang disediakan didalamnya. Dalam pengelolaan keuangaannya, hotel Griyadi Montana bekerja sama dengan Bank Pemerintah maupun swasta.

Struktur Oganisasi
Struktur organisasi mempunyai peranan penting dalam suatu perusahaan. Karena dengan adanya struktur organisasi yang baik diharapkan dapat memberikan gambaran jelas tentang tugas dan wewenanng masing-masing bagian yang terdapat dalam perusahaan yang bersangkutan.
Pada Hotel Griyadi Montana struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi garis (line organization), yaitu hanya mengenal satu garis komando sehingga tiap – tiap pekerja atau karyawan dalam perusahaan ini hanya mengenal satu pimpinan yang langsung membawahinya.
Produk, Fasilitas dan Layanan Hotel Griyadi Montana
Hotel Griyadi Montana mengutamakan fasilitas dan layanan yang ramah serta staff yang professional guna memberikan yang terbaik bagi para tamunya. Berikut ini merupakan produk, fasilitas, dan layanan Hotel Griyadi Montana :

1. Room
Griyadi Montana Malang menawarkan beragam produk dan jasa, salah satunya adalah kamar yang terdiri dari beberapa tipe kamar seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 1
Tipe, Jumlah, dan Harga Kamar
Hotel Griyadi Montana Malang

Tipe Kamar


Jumlah Kamar

Harga Kamar/ malam



Standard






22

Rp 600.000
Superior

10

Rp 650.000
Deluxe Garden

14

Rp 750.000
Deluxe Pool

6

Rp 850.000
Business

8

Rp 900.000
Suite Room

3

Rp 1.200.000

Sumber: Griyadi Montana Malang, 2012
Selain kamar, fasilitas lain yang diberikan oleh Griyadi Montana Malang adalah sebagai berikut:
1. Meeting Package
2. Teratai Restaurant
3. Convention Hall
4. Room Service
5. Laundry
6. Taxi service, Doctor Call 24 Hours, Airport transfer
7. Swimming Pool
8. Hot Spot
9. Postal Service


Evaluasi Terhadap Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pendapatan
Evaluasi Terhadap Struktur Organisasi
Berdasarkan struktur organisasi dan job description yang dimiliki oleh perusahaan atas fungsi-fungsi yang terkait pada siklus pendapatan, peneliti menilai masih kurang efektif. Hal ini disebabkan:
1.      Adanya perangkapan jabatan pada fungsi yang seharusnya saling mengkroscek
Untuk menciptakan sebuah sistem informasi akuntansi yang baik, struktur organisasi harus dirancang dengan menerapkan prinsip kemandirian organisasional.
Struktur organisasi harus memisahkan fungsi-fungsi yang seharusnya saling mengontrol. Apabila manajemen mempertimbangkan segi efisiensi biaya gaji, perangkapan jabatan diperbolehkan, namun bukan pada fungsi-fungsi yang seharusnya saling mengontrol, yaitu fungsi yang memegang aktiva (baik data maupun uang) secara fisik, pencatatan, dan mengotorisasi suatu transaksi.

Evaluasi Terhadap Prosedur Penjualan
Evaluasi Prosedur Penjualan Sewa Kamar
Prosedur yang baik dan efektif adalah prosedur yang dirancang dengan menerapkan sistem pengendalian yang kuat, baik dari segi pengendalian umum maupun dari segi pengendalian aplikasi. Hal ini tujuannya untuk meminimalisir terjadinya moral hazard yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan, baik itu berupa hilangnya asset atau tersedianya informasi yang tidak akurat sehingga mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan sebagai akibat dari tidak  memadainya pengendalian atas prosedur. Berikut ini evaluasi terhadap prosedur yang dimiliki oleh perusahaan apabila ditinjau dari beberapa segi pengendalian:

1. Pengendalian Organisasional
Pengendalian organisasional yang diterapkan oleh perusahaan masih kurang efektif. Hal ini dikarenakan masih terdapat perangkapan jabatan pada fungsi-fungsi yang seharusnya dipisahkan yang dapat memicu tindakan moral hazard. Perangkapan jabatan yang terjadi adalah pada fungsi Accounting, fungsi Accounting merangkap sebagai fungsi kas, dan fungsi penagihan. Pengendalian organisasional merupakan pengendalian yang sangat efektif karena terkait erat dengan pengendalian yang lainnya. Sebaiknya dilakukan pemisahan antara fungsi operasi, penyimpanan, dan pencatatan.

2. Pengendalian Dokumentasi
Ditinjau dari segi pengendalian dokumentasi yang ada pada perusahaan, peneliti menilai cukup efektif. Sebagian besar, transaksi yang terjadi telah didokumentasikan dengan baik, mulai dari tamu reservasi hingga tamu chek-out. Contohnya: (1) pada saat resevasi, didokumentasikan pada Reservation Form, (2) saat check-in, didokumentasikan pada Registration Card dan Guest List; (3) saat transaksi penjualan kamar, didokumentasikan pada Room Guest Bill, khusus penjualan secara kredit didukung dengan City Ledger;
(4) saat check-out, didokumentasikan pada Arrival & Departure; (5) ketika menerima uang pelunasan uang dari debitur, didokumentasikan dengan kuitansi resmi.

Namun, pengendalian dokumentasi yang diterapkan masih memiliki kelemahan, diantaranya yaitu:
a.        Kurangnya pengarsipan pada bagian yang diberi wewenang untuk mendokumentasikan transaksi. Hal ini dikarenakan, masih kurangnya tindasan berganda atas suatu dokumen, sehingga fungsi-fungsi yang diberi wewenang untuk mendokumentasikan terjadinya suatu transaksi tidak mempunyai arsip permanen atas dokumen. Dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya suatu transaksi didistribusikan untuk laporan pada pihak manajemen. Contohnya, Front Office Cashier Report, Registration Card, Daily Revenue Report, dan daftar piutang hanya dibuat sebanyak 1 rangkap, sehingga bagian yang membuat tidak mempunyai arsip.

b.       Masih terdapat transaksi yang belum didokumentasikan.
Contohnya, ketika FO Receptionist mengeluarkan paid out tidak didokumentasikan pada Paid Out Voucher, sebaiknya dibuat Paid Out Voucher sebanyak 3 rangkap, rangkap 1 untuk tamu, rangkap 2 untuk arsip, dan rangkap 3 untuk laporan. Selain itu, pada saat dilakukan pembatalan reservasi tidak didokumentasikan pada Cancellation Form.

3. Pengendalian Asset/Akuntabilitas Asset
Ditinjau dari pengendalian aset, peneliti menilai sudah cukup efektif. Hal ini dapat dilihat dari dokumen-dokumen yang digunakan oleh perusahaan sebagian besar bernomor urut cetak. Contohnya: Guest Bill, Cash Receipt, kuitansi resmi yang digunakan bernomor urut cetak. Sehingga apabila nantinya terdapat jenjang, baik itu hilang maupun rusak harus dipertanggungjawabkan oleh fungsi yang diberi wewenang untuk menggunakannya. Contoh lainnya yaitu setiap penerimaan kas dari hasil penjualan pada outlet-outlet hotel harus disetorkan pada fungsi Accounting setiap harinya disertai dengan laporan dan bukti pendukungnya dan fungsi Accounting harus menyetorkan uang hasil dari penjualan ke bank setiap harinya.
Namun, pengendalian asset yang diterapkan masih memiliki kelemahan, diantaranya yaitu:
a.Masih terdapat alur pertanggungjawaban pada fungsi yang tidak semestinya. Pengendalian aset terkait dengan pemberian wewenang dan alur pertanggungjawaban pada suatu fungsi. Adanya perangkapan jabatan pada posisi yang seharusnya dipisahkan menyebabkan terdapat alur pertanggungjawaban bukan pada fungsi yang tepat. Contohnya: FO Receptionist menyerahkan uang hasil penerimaan tunai beserta Guest Bill dan FOCR pada Accounting. Sebaiknya Accounting tidak diberi tanggungjawab untuk menerima uang atas hasil penjualan dan melakukan penyetoran. Karena fungsi Accounting merupakan fungsi yang bertanggungjawab untuk melakukan pencatatan atas seluruh transaksi yang terjadi pada perusahaan, serta membuat laporan keuangan. Sehingga fungsi Accounting tidak seharusnya juga diberi tanggungjawab untuk memegang keuangan secara fisik. Sebaiknya terdapat fungsi General Cashier.
b. Uang hasil penerimaan tiap shift tidak dimasukkan pada Remittance of Fund yang berbeda dan tidak ada tanda bukti serah terima antar shift.Hal ini memungkinkan terjadinya moral hazard dimana salah satu shift mengambil uang yang ada pada Remittance of Fund yang pada akhirnya menyalahkan shift yang lainnya. Sebaiknya uang hasil penerimaan tiap shift dimasukkan pada Remittance of Fund yang berbeda, agar dapat dipertanggungjawabkan oleh tiap shift dan memudahkan mencari siapa yang harus bertanggungjawab apabila terdapat selisih antara catatan dengan fisik.

c. Pada saat Cashier memasukkan uang pada safety box dan mengisi witness book tidak ada yang menyaksikan, sehingga kurang adanya jaminan kebenaran. Sebaiknya terdapat fungsi yang menyaksikan sebagai pengawasan dan jaminan kebenaran.
d. Pada saat Accounting mengambil uang yang ada pada safety box tidak disaksikan oleh Internal Auditor, sehingga kurang adanya jaminan kebenaran kebenaran bahwa proses telah dilakukan dengan benar.

4. Pengendalian Otorisasi
Perusahaan sebenarnya telah menerapkan pengendalian dari segi otorisasi, namun menurut peneliti pengendalian otorisasi yang dimiliki perusahaan masih kurang begitu efektif. Ketidakefektifan pengendalian otorisasi disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu:
a. Otorisasi dilakukan oleh fungsi yang tidak semestinya. Pengendalian otorisasi dengan pengendalian organisasi saling berkaitan erat, karena terkait dengan fungsi yang diberi wewenang untuk memberikan otorisasi suatu transaksi. Adanya perangkapan jabatan menyebabkan masih terdapat transaksi yang diotorisasi oleh fungsi yang tidak semestinya. Contohnya, pada saat penerimaan uang pelunasan dari debitur yang datang ke hotel secara langsung. Kuitansi resmi diotorisasi oleh fungsi Accounting, fungsi Accounting sebaiknya tidak diberi wewenang untuk mengotorisasi dan menerima uang atas pelunasan, karena fungsi Accounting merupakan fungsi yang melakukan pencatatan atas transaksi yang terjadi pada perusahaan. Fungsi Accounting sebaiknya tidak diberi wewenang untuk memegang uang secara fisik, sebaiknya terdapat fungsi General Cashier.
b. Kurangnya pengungkapan bentuk otorisasi. Pada saat FO Receptionist mengeluarkan paid-out tidak diotorisasi oleh pihak yang lebih tinggi. Sehingga tidak ada kepastian bahwa proses paid-out dilakukan secara benar.

5. Pengendalian secara umum
a. Standart Operating Prosedur yang dimiliki oleh perusahaan secara tertulis terkait dengan prosedur penjualan sewa kamar hanya menekankan pada prosedur penerimaan reservasi secara garis besar saja. Hal ini dapat menimbulkan kerancuan dalam pelaksanaan disebabkan karyawan tidak mempunyai standart baku yang dapat dijadikan acuan dalam hal operasional. Namun, berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen secara tidak tertulis dijalankan oleh karyawan dengan baik dan tidak ada penyimpangan. Tetapi, sebaiknya perusahaan memiliki Standart Operating Procedure secara tertulis yang menjelaskan secara detail mengenai prosedur terkait dengan penjualan sewa kamar, mulai dari tamu reservasi, check-in, check-out, pelaporan, dan penagihan.
Sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman agar tidak terdapat kerancuan dalam pelaksanaan dan proses operasional dapat berjalan dengan baik.

b. Job description yang tertulis atas fungsi-fungsi yang terkait atas prosedur penjualan sewa kamar kurang detail dan terperinci. Job description yang tertulis sebatas pada jajaran manajemen dan supervisor. Sebaiknya, terdapat perumusan secara tertulis atas job description untuk tiap posisi. Sehingga, setiap individu mengetahui dan memahami tanggungjawab dan tugas spesifik masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan.
c. Pada saat check-in tamu tidak diberi Guest Card sebagai kontrol atas penggunaan fasilitas selama menginap di hotel. Tanpa ada Guest Card, ketika pembayaran dilakukan dengan jalan di-charge ke kamar, tidak ada jaminan bahwa tamu tersebut benar-benar menginap di hotel atau tidak.

Evaluasi Terhadap Dokumen dan Informasi
yang terkait pada penjualan Sewa Kamar dan Restoran
Dokumen yang digunakan oleh perusahaan untuk merekam terjadinya transaksi penjualan sewa kamar dan Restoran :
a.       Reservation Form,
b.      Registration Card,
c.       Cash Receipt,
d.      Room Guest Bill,
e.       Guest List Room Occupied Today & Room reserved Tomorrow
f.       Guest List Balance Due, Arrival & Departure,
g.      City Ledger,
h.      Guarantee Letter/Voucher,
i.        Voucher Breakfast,
j.        bukti setor bank, kuitansi resmi dan F&B Bill.

Sedangkan informasi yang dihasilkan adalah FO Cashier Report, Restaurant & Bar Sales Report, Daily Revenue Report dan daftar piutang. 

Peneliti menilai dokumen yang digunakan oleh perusahaan cukup efektif. Informasi atas rekaman transaksi yang termuat dalam dokumen cukup memberikan informasi yang berguna bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Selain itu, apabila ditinjau dari segi model, dokumen yang digunakan oleh perusahaan telah memperhatikan dengan prinsip perancangan dokumen. Namun, untuk segi pengarsipan dan distribusi dokumen serta laporan menurut peneliti masih kurang begitu bagus. Karena masih terdapat dokumen atau laporan yang tidak mempunyai arsip, sehingga pihak yang diberi wewenang untuk merekam terjadinya transaksi tidak mempunyai arsip karena tindasan atas dokumen didistribusikan untuk laporan bagi pihak manajemen.