Subyek Pajak Dalam Negri
a).Pengertian
Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.
Kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
- pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan
- pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD
- penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
- pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
- Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
- Asas sumber, Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari sumber-sumber yang berada di negara itu. Dalam asas ini, tidak menjadi persoalan mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan tersebut sebab yang menjadi landasan penge¬naan pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari negara itu.Sehingga muncul adanya Subjek Pajak Luar Negeri Pasal 2 Ayat (4) UU PPh.
Dasar Hukum UU Nomor 36 Tahun 2008
tentang Perubahan Keempat atas UU Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan, mulai berlaku 1 Januari 2009
Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap
orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau
diperoleh selama satu tahun pajak.
Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif
yang kewajiban pajaknya melekat pada subjek pajak yang bersangkutan,
artinya kewajiban pajak tersebut dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan
kepada subjek pajak lainnya. Oleh karena itu, dalam rangka memberikan
kepastian hukum, penentuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak
subjektif menjadi penting.
Subjek Pajak Penghasilan (pasal 2 UU PPh) Subjek PPh meliputi :
- Orang pribadi;
- Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak;
- BadanAdalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap; dan bentuk usaha tetap (BUT).
Berdasarkan UU PPh no. 36 tahun 2008
Asas Pengenaan Pajak yang dianut di Indonesia adalah
asas domisili dan asas sumber sekaligus, khususnya dalam ketentuan
yang mengatur mengenai siapa penerima penghasilan (Subjek Pajak) dan juga
penghasilan itu sendiri (Objek Pajak). Selain itu Indonesia juga menganut asas
kewarganegaraan yang parsial, khususnya dalam ketentuan yang mengatur mengenai
pengecualian subjek pajak untuk orang pribadi.
Asas domisili atau disebut juga asas
kependudukan (domicile/residence principle), berdasarkan asas ini negara akan
mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang
pribadi atau badan yang berdomisili diwilayah Negara atau apabila badan yang
bersangkutan berkedudukan di negara itu. Dalam kaitan ini, tidak dipersoalkan
dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak itu berasal. Sehingga muncul
adanya Subjek Pajak dalam negeri Pasal 2 Ayat (3) UU PPh.